rss

Senin, 21 Desember 2009

Makanan Rakyat

Semua orang tahu, tempe adalah makanan rakyat Indonesia yang mudah didapatkan dimanapun kita menginjakkan kaki di bumi pertiwi.

Kalau ada orang asing di Luar Negeri menggoreng tempe, pasti mereka mengatakan “inilah makanan spesial rakyat Indonesia kebanyakan”.
Tempe yang sering kita makan, terdiri dari bahan kedelai dan mikroba serta plasmanutfah yang banyak ditemukan di hutan-hutan perawan Indonesia. Tetapi baru-baru ini terdengar kabar miring, bahwasanya hak paten tempe telah menjadi milik sah negeri sakura Jepang. Aneh...
Sementara kita, bangsa Indonesia yang sejak jaman baheula mengolah dan makan tempe cuma bisa bengong. Mengapa tidak kepikiran sama sekali di benak ndoro Menteri Kehakiman negeri ini untuk mempatenkan makanan-makanan khas Indonesia sebelum dicaplok hak patennya oleh negera lain?
Boro-boro memikirkan, ingat sedikitpun rasanya tidak. Atau mungkin bapak menteri kehakiman sama saja dengan pejabat TULALIT lainnya yang lambat menelurkan kebijakan departemennya. Atau mungkin bapak menteri tak mampu berdiplomasi, kalau begitu mengata tidak mundur saja dari kursi empuk kekuasaan untuk kemudian digantikan dengan anak negeri yang lebih mampu.
Mikroba dan plasmanutfah asal Indonesia juga banyak dicuri orang asing. Dengan dalih mengadakan riset, para ilmuwan kita pun diajak sambil –tentunya- diberi uang supaya manut. Yang diajak tentunya girang tiada kepalang, lantaran tahu negeri ini miskin dana buat riset. Para ilmuwan kita tentunya polos-polos saja, tak tahu kalau kekayaan negeri sedang digadaikan untuk kepentingan ilmuan asing. Baru setelah tahu mikroba hasil curian dari Indonesia itu diolah di negeri luar menjadi produk dagangan dengan merek dagang asing mereka menjadi sadar. Mata yang tertutup pun menjadi terbuka lebar.
Produk yang sejatinya berasal dari dalam negeri diolah di luar negeri kemudian akhirnya dipasarkan di Indonesia dengan harga yang begitu tinggi. Bangsa kita lagi-lagi cuma bisa jadi konsumen. Mereka terpaksa harus membeli barang yang berasal dari miliknya sendiri dengan harga yang mahal.
Lantas pada kemana sembunyinya anak bangsa negeri ini? Mana ketanggapan menteri kehakiman?, mana pengabdian para ilmuwan kita? Apa saja sih kerja pengurus negeri ini dan kemanakan modal dari pengusaha kaya kita?
Jawabnya semuanya ada dan komplit. Cuma hubungan antara mereka yang tulalit. Akibatnya yang rugi bangsa dan negeri ini. Karena sering ketinggalan kereta, rakyat cuma bisa gigit jari.


Islamabad, 19 April 2008
Buku: Jangan Jadi Bangsa Tulalit; Nur Rohim Yunus

Related Post:

 

Pengikut

My Info

Ahmad Farhan Habib Saya Seorang Pelajar, Itu juga masih SMA, saya tidak punya apa-apa, Tapi.. saya mempunyai Modal Ilmu... -MTsN Parung 36- MAN 2 Kota Bogor

SIte Info

  • Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!
  • Pertamina Blog Contest
  • blog-indonesia.com
  • Powered by  MyPagerank.Net
  • Top Blogs
  • Internet
  • Indonesian Blogger
  • Alexa Warkop36
  • My Popularity (by popuri.us)
  • Google Page Rank
  • Do it yourself SEO
  • Top 10 Award
  • free counters